Daily Post, Travel Story

#SoloRide ke Solo

Ini cerita tentang perjalanan “solo” ke Kota Solo.
Kenalin, Aku Shinta. Udah kenal kan? Aku emang anaknya suka tiba-tiba ngide pengen apa atau ke mana. Yaudah tanpa babibu, langsung gass aja! Pokoknya sat-set-sat-set. Hehehe. Ide ini begitu aja muncul di hari Jumat, tiba-tiba kepikiran, Sabtu mau ngapain yaa… sepedaan kayaknya seru, tapi pengen sesuatu yang berbeda: okey, kita angkut sepeda di kereta. Solo would be better!

Sabtu, 22 Januari 2022.
Jam 03.30 AM, cukup dengan sekali bunyi alarm di HP, aku langsung bangun. Ternyata benar, selama ada niat mau diminta bangun jam berapa aja pasti bisa (thats point: dalam hidup ini yang kita butuhkan cuma niat).
Aku cukup bersemangat, tidak butuh waktu lama untuk bersiap-siap. Justru aku sudah siap sebelum adzan subuh berkumandang, karena aku akan naik kereta pertama KRL Yk-Solo jam 05.15 WIB, jadi lepas sholat Subuh langsung deh cuss ke Stasiun Jogja.
Persiapan sudah aku lakukan dari semalam. Sepeda sudah aku lipat dan sudah aku masukin ke mobil (dengan susah payah tentunya). Rencananya, karena ini terlalu pagi untuk bersepeda dari rumah ke Stasiun, jadi aku mau angkut SELI (sepeda lipat) ke dalam mobil. Tapi karena mobil aku ini city car yang kecil banget, asli ini butuh perjuangan banget buat masukin sepeda ke dalam mobil. Belum apa-apa, tangan dan kaki udah kotor hitam-hitam kena gemuk, belum lagi lengan dan paha yang memar ketotok stang, pedal, dan segala macamnya. However, SELI udah berhasil masuk di dalam mobil.
Setelah sholat subuh, berpamitan lah sama Bapak dan Ibu, dan siap gass! eh tiba-tiba, Bapak nanya: “sepedaan karo sopo nduk? kancane akeh to?” ada kekhawatiran dari nada suaranya. HEHEHE!! Aku cuman senyam-senyum bingung mau jawab dengan kalimat apa. Dan jawabanku adalah “Banyak temannya, Pak. Di jalan, nanti ketemu sesama pesepeda lainnya :)”, tegas, lugas, tidak jelas! hehehee.
Tapi ibukku tau, kalimat itu bermakna “sendirian!” Setelah mengantungi izin, tiba-tiba Bapak menawarkan diri, untuk diantar sampai stasiun. Walaupun sebenarnya aku nggak mau ngerepotin, tapi karena aku nggak mau berdebat, akhirnya pagi itu aku dianterin Bapak ke stasiun jogja.
Jarak rumahku ke stasiun kurang lebih 8km, dan jam 5.00 AM aku udah sampai di stasiun tugu jogja. Sama seperti saat memasukkan SELI ke dalam mobil, proses mengeluarkannya juga tidak kalah merepotkan. Belum lagi, proses menggotong sepeda masuk ke peron, belum apa-apa aku udah lelah dan berkeringat. Karena kereta sudah datang, jadi aku langsung masuk aja. Masih banyak bangku yang kosong, sepeda aku parkir di gerbong paling ujung, ada ruang untuk menaruh sepeda, koper, atau semacamnya. Fotonya ada di bawah ini ya:

Continue reading “#SoloRide ke Solo”
Autobiografi, Daily Post

The Story Untold (Perjalanan Panjang Mencari Beasiswa S2)

Let me tell you a story,

Perjalanan panjang mencari beasiswa S2.

Sebenarnya setelah lulus S1 (2016), aku niat banget nyari beasiswa S2 di luar negeri, tujuan utamanya jelas pengen escape dan jalan-jalan.

Nyoba daftar sana-sini, dan belum berhasil. Nyesel banget kenapa dulu nggak belajar bahasa Inggris dengan serius. Tapi selain itu, mungkin juga karena niatnya nggak lurus, makanya nggak dikasih izin sama Allah.

Awal tahun 2018 semangat lanjut kuliah muncul lagi, tapi kini niatnya beda. Meski udah hopeless nggak dapat beasiswa, berujung memutuskan untuk daftar kuliah reguler. Pilihannya jelas, dalam negeri: UGM.

Cari-carilah aku info tentang program Magister di UGM, yang paling menarik minatku saat itu adalah: Magister Psikologi UGM.

Datanglah aku ke fakultas psikologi, ketemu staf akademik, ambil formulir program S2, dan dapet info tentang matrikulasi bla bla blaaa karna aku dari jurusan yang nggak linier..

Kenapa aku tertarik dengan ilmu-ilmu psikologi, khususnga psikologi pendidikan dan keluarga, karena aku sangat tertarik mempelajari perilaku manusia, tumbuh kembang manusia, dan juga proses mental yang terjadi pada manusia. Ilmu ini akan kepakai banget untuk diriku sendiri, mendukung salah satu ‘goals’ku dan setidaknya untuk orang-orang di sekitarku.

Setelah mendapatkan informasi, dan melakukan kontemplasi panjang, yang mana untuk kuliah di Magister Psikologi, paling cepat aku harus kuliah 4 semester ditambah 1 semester matrikulasi, dan kesempatan dapat beasiswa di prodi ini sangat kecil sekali (bahkan tidak ada), dengan pertimbangan terburuk saat itu, aku harus resign kerja untuk full time kuliah, dan membayar uang UKT belasan juta per semester, rasa-rasanya cukup memberatkan.

Putar otak lah aku, cari strategi lain…  Browsing..Browsing..Browsing…
Dapatlah informasi beasiswa di Sekolah Pascasarjana UGM.

Mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, dan menemukan jurusan yang lumayan bikin aku tertarik, yaitu Magister Kebijakan Publik (MKP). Wkwk semuanya nggak linier dengan background S1, rencananya mau migrasi dari anak eksakta jadi anak sosial.

Memperbanyak riset tentang prodi MKP ini, sampai akhirnya udah komunikasi intens banget sama staf akademiknya, dan dimintalah aku datang ke acara pameran prodi magister/doktoral di Sekolah Pascasarjana UGM, buat nanya2 tentang kesempatan beasiswa.

Walaupun banyak booth prodi magister lainnya, tujuanku fokus menuju prodi MKP.

Setelah ngobrol..ngobrol..ngobrol…

Dapatlah aku informasi, kalau beasiswa sekolah pasca, skemanya nanti aku keterima jadi mahasiswa reguler dulu (yang mana aku harus bayar full 1 semester dulu), terus mengajukan beasiswa ke fakultas, terus diseleksi, kalau lulus baru dapat potongan biaya UKT, dan ada kemungkinan gagal.

Oke, saatnya duduk tenang, dan berfikir dengan penuh pertimbangan.

Berarti aku juga harus jaga-jaga kemungkinan terburuk nggak dapat beasiswa, dan financial planning untuk 4 semester membayar UKT full.

Fine~

Sambil pamitan pulang, otak aku ini mikir terus…

Bisa ngga ya… Bisa ngga yaa….

Sampai akhirnya Allah menuntunku lewat di depan Booth Prodi Magister Ketahanan Nasional UGM…

Yang awalnya bener-bener cuman aku lewatin tanpa noleh dikit pun, tapi tiba-tiba mak-deg, sekelebat baca tulisan biasiswa. Mundur beberapa langkah lah aku.

Ambil brosur. Nanya.. Nanya.. Nanya…

Lalu pulang dengan hati yang hangat dan sangat bersemangat.

Continue reading “The Story Untold (Perjalanan Panjang Mencari Beasiswa S2)”

Reviewed By Me

Review: “Crash Landing on You (CLoY)” in My Opinion

Sejak awal tahun 2020 sampai pada akhirnya tulisan ini dibuat pada pertengahan bulan Agustus 2020, circleku banyak banget yang heboh ngomongin Kapten Ri, whoever, aku nggak peduli (awalnya). Aku cuman tau foto Kapten Ri karena sering muncul di timeline, tapi siapa dia, gimana ceritanya, dll, aku bener-bener nggak mau tau dan nggak pengen cari tau. Semakin banyak yang ngomongin, dan jadi hal yang mainstream, aku jadi semakin nggak tertarik.

Now, you can see me, ikut berpartisipasi memeriahkan kebucinan dengan Kapten Ri. Awalnya menurutku Kapten Ri biasa aja, oppa-oppa korea isn’t my type. hehehe
Tapi sekarang semuanya berbalik, aku lupa bahwa Allah maha membolak-balikkan hati manusia, dan sekarang aku harus menelan ludahku sendiri, aku nggak bisa bohong kalau pesona Kapten Ri stuck in my mind sampai beberapa hari ini. He is too sweet and of course too good to be true.

Sebenernya yang bikin aku bucin bukan karena dia good looking sih, tapi lebih ke how he treats a lady he loved. Melihat personality dan karakter Kapten Ri ini bener-bener bikin aku senyum-senyum sendiri sepanjang episode.  ❤ ❤ ❤ 

Now, let me tell you how K-Drama: “Crash Landing on You”, in my opinion!

CLOY adalah drakor keempat yang aku tamatkan pada tahun 2020 ini. Aku pertama kalinya nonton drakor sekitar bulan Maret/April 2020, berhasil namatin The World of the Merried, Reply 1988, Descendants of the Sun, dan baru di bulan Agustus ini hanya butuh waktu 2 hari untuk menamatkan 16 episode CLOY :d

Awalnya kenapa bisa nonton CLOY karena iseng dan coba-coba, karena udah langganan netflix dan ga tau mau nonton apa, dan yang awalnya cuma iseng, sekarang malah bikin ga bisa move-on :D. Dua Hari berturut-turut maraton menghabiskan 16 episode, yang mana setiap episodenya tu 1 jam lebih.. Jadi total sekitar ada 16 jam, atau 8 jam per hari yang aku gunakan untuk menonton series drama korea yang fenomenal ini. Parah, aku baru menyadari, kalau ini setara dengan dua hari jam kerja penuh. Tapi aku nontonnya lebih ke malam hari sih jadi nggak ngeganggu aktivitas harian.

Disutradari oleh Lee Jung-hyo dan Park Ji-eun sebagai penulis naskah, drama korea selatan ini sukses besar, termasuk di Indonesia. Mulai sekarang, mungkin aku akan menandai dua nama tersebut dan akan lebih mempertimbangkan untuk menonton drama-drama lainnya yang disutradarai atau ditulis oleh nama-nama tersebut.

Mari kita urai satu-satu, kenapa drama ini bisa bisa mendapat banyak perhatian dari pecinta serial drama korea. Continue reading “Review: “Crash Landing on You (CLoY)” in My Opinion”

Autobiografi, Travel Story

My First Solo Travel Abroad

23 by pinterest

If You Are Thinking About Your First Solo Travelling = Congratulation!

I’am going on my first internasional solo trip and i’ve chosen Malaysia and Singapore to visit. I took my first solo trip abroad on Mid-November 2017, to celebrate 24th of my birthday.

Yap, aku memilih Malaysia dan Singapore karena selain dekat, aku merasa aman dan akrab dengan kedua Negara ini. I have learned that i enjoy travelling by myself. And that, more importantly, I am confident travelling by my self.

Okay, tanpa berlama-lama, I would like to share my stories, and I hope I can give an acorn of advice to anyone looking to set out on their first solo trips!

Check this out:

I think, you just have to be daring enough to take solo trip abroad. I promise in it, you will find that which you seek, maybe even more!
(sounds cliches, but true!)

As Ever,
Deeshintadewi

Travel Story

#17 End of Story

by pinterest

Mendarat dengan aman di Bandara CGK…

Ini kali kedua aku mendarat di CGK, setelah perjalanan panjang yang melelahkan.. aku bener-bener kayak orang mabuk yang terbawa arus… nggak ngerti lagi harus kemana atau lewat mana, cuman ngikutin laju segerombolan orang yang lalu lalang.. Bodohnya aku, merasa udah aman tiba di Jakarta, merasa udah kayak udah deket sama orang sendiri, terus lupa kalau aku juga harus lewat pemeriksaan imigrasi kan… Nah, sebelum nyampe pemeriksaan imigrasi, aku tu sempet sholat dulu di sebuah mushola kecil dan sepi, cuman ketemu sama 2 orang petugas bandara aja, jadi musholanya tu kayak privat buat petugas gitu loh…

Aku memutuskan buat sholat di situ dulu, rebahan bentar, sambil repacking ulang barang2 aku yang semula ku tenteng-tenteng terus aku masukin ke koper, sambil memasukkan barang-barang yang udah ga aku pakai, like: sisa duit ringgit yang aku masukin ke koper, terus gantian ngeluarin duit rupiah, terus masukin paspor, ke dalam koper yang paling dalam, terus tumpukin jaket, jajanan, bla bla bla… sampai akhirnya kembali susah payah nutup koper, sampai dibantuin petugas bandara buat nutup kopernya.

Oke, jalanlah aku dari ruangan itu sendirian, bener-bener sendirian dan situasinya udah bener-bener sepi banget. Jadi rombongan aku yang sama-sama keluar dari pesawat tadi udah pada keluar…

Masuklah aku ke antrian imigrasi, nggak pakai antri sih karena bener-bener tinggal ada aku, terus pas itu disuruh nyiapin paspor buat di cap bla bla bla di imigrasi. *tepok jidat deh… barusan kan aku packing dan paspor aku masukin ke bagian koper yang paling dalam yang susah dijangkau. OMG, Tuhanku Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang… Terpaksa mundur lagi deh aku ke tempat yang agak sepi, bongkar ulang lah koper ini buat ambil paspor, dan Ya Tuhan… Bener-bener ujianku adalah bongkar pasang koper yang melebihi muatan ini.. Bener-bener udah sepi dan aku dilihatin sama petugas2 gitu.. Bodo amat lah… Mau dikira TKI baru balik juga gapeduli aku. hahaa!! Continue reading “#17 End of Story”